Friday, 11 September 2009

Kecewa dengan Tempe Carrefour

Bagi orang Jawa seperti saya, tidak ketemu tempe dalam satu satu hari rasanya ada yang kurang dalam menu hidangan. Karena selain rasanya yang memang sudah cocok dengan lidah, tempe juga banyak mengandung protein nabati serta bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh seperti mencegah diare (manfaat tempe bisa dilihat di sini). Maka seperti biasa pada saat belanja harian di Supermarket Carrefour Jalan MT Haryono – Jakarta ( Tanggal 9 September 2009), tempe adalah salah satu daftar belanjaan yang masuk dalam keranjang belanja.

Namun ternyata napsu makan tempe harus tertunda, karena setibanya di rumah ternyata tempe berbau dan berasa asam, agak berlendir, butiran kedelai terlihat jelas dan tampa jamur seperti tempe yang dijual pada umumnya. Sepertinya supermarket ini kurang tepat di dalam memperlakukan tempe selama masa pajang di supermarket. Tempe segi tiga berbungkus daun yang saya beli ini disimpan(disply) dalam lemari berpendingin. Padahal tempe adalah bahan pangan hasil olah kedelai yang di fermentasi oleh jamur (cendawan jenis Rhizopus sp). Jamur tempe ini tidak akan berkembang dengan baik atau bahkan bisa mati ketika suhu terlalu dingin. Akibatnya tempe yang mungkin dari distributornya masih mentah akan gagal fermentasinya. Akibatnya tempe tidak ditumbuhi jamur putih, tetapi malah menjadi busuk.

Dalam proses pembuatan tempe, kedelai matang yang telah dicampur dengan bibit jamur kemudian diperam (difermentasikan) dalam wadah bersuhu hangat selama sehari semalam. Selama proses fermentasi ini, jamur akan berkembang sehingga menjadikan kedelai ditumbuhi jamur berwarna putih yang mengikat butiran kedelai menjadi masa yang kompak dan menyatu. Fermentesai juga merubah tekstur tempe menjadi lebih empuk dan lezat. Namun akibatnya akan lain jika tempe disimpan dalam suhu dingin. Fermentasi akan terhenti bahkan gagal dan tempe menjadi busuk seperti tempe yang saya beli ini.

Saran buat Carrefour, sebaiknya tempe dijual dalam tempat terbuka di dalam suhu ruang saja, jangan disimpan dalam lemari pendingin. Mungkin maksud dan tujuan supermarket ini baik, agar tempe bisa bertahan lama. Namun penyimpanan di dalam lemari pendingin pada produk tempe dan produk fermentasi lainnya seperti oncom tidak tepat karena justru akan menyebabkan kebusukkan. Jika tempe diletakan di dalam suhu ruang, tempe akan terus berfermentasi sehingga jamur akan semakin banyak dan tempe semakin lezat. Beri saja tanggal kedaluarsa di dalam kemasan tempe, rentang waktunya sekitar dua hari setelah tempe masuk dari distributor. Karena setelah dua hari, tempe biasanya akan menurun kualitasnya, warna menjadi kehitaman, tekstur lembek, berlendir, berbau tengik atau asam. Katakan saja kepada pemasok tempe, bahwa produk tempe hanya akan dipasarkan di Carrefour selama dua hari. Setelah tenggang waktu itu, tempe harus dikembalikan ke distributor jika tidak habis. Dengan begini, Carrefour menjaga kualitas produk yang dipasarkan tetap baik dan menghindari kekecewaan konsumen fanatik tempe seperti saya.
Tips Membeli Tempe:
1. Cium baunya, tempe segar berbau khas tempe. Tidak tengik atau asam.
2. Tempe segar jamurnya berwarna putih bersih dan merata, tidak berlendir dan strukturnya kompak.
3. Butiran kedelai terlihat utuh namun lunak serta tidak ada campuran bahan lain, seperti kulit kedelai maupun butiran jagung.
4. Jika tempe dikemas dalam daun buka sebagian daun untuk melihat apakah tempe sudah berjamur atau masih berupa butiran kedelai. Urungkan membeli jika tempe masih berupa butiran kedelai karena ini salah satu tanda jika fermentasi tempe tidak berhasil/rusak.
5. Sebagian tempe dikemas dalam selongsong plastik berwarna putih (biasanya produk tempe yang dikemas dalam plastik bulat). Kemasan plastik berwarna putih (tidak bening) terkadang mengelabui pembeli karena sepintas terlihat seperti jamur tempe yang merata, padahal isinya terkadang masih berupa tempe butiran yang belum berjamur. Teks & Foto: Budi Sutomo.