Tuesday, 21 September 2010

Anggito Abimanyu, Dosen yang Minum Tolak Angin

Kendati sudah tak lagi menjadi pejabat publik, kecintaan Anggito Abimanyu terhadap produk Indonesia tidak luntur. Hal ini ditunjukkan dengan keikutsertaannya sebagai bintang iklan Tolak Angin.

Anggito mengatakan, kesediaannya sebagai bintang iklan, terutama dipicu rasa empatinya terhadap pengusaha yang memperjuangkan produk serta menggunakan bahan asli Indonesia. Selain itu, kini tidak ada lagi benturan kepentingan, seperti ketika ia masih menjadi pejabat di Kementerian Keuangan.

“Saya menerima tawaran ini, setelah saya tak lagi menjadi pejabat publik. Kesediaan saya karena semangat Pak Irwan (Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat) dalam mengangkat produk nasional,” kata Anggito beberapa waktu lalu.

Dalam iklan terbarunya Sido Muncul, pria kelahiran Bogor 19 Februari 1963 ini digambarkan melakukan berbagai aktivitas dan kegemarannya. Seperti berolahraga basket, musik etnik Indonesia, marching band serta mengajar.

Anggito mengaku, keluarganya sebenarnya sudah sejak lama mengkonsumsi jamu untuk masuk angin tersebut, jauh sebelum ia dipilih menjadi bintang iklannya. Ia pun berharap, keputusannya menjadi endorser Tolak Angin, dapat membantu mengangkat produk asli Indonesia agar lebih disukai masyarakat Indonesia sendiri. “Bahkan kalau bisa menjadi produk yang diakui dunia,” katanya.

Irwan pun berharap, pemakaian Anggito, peraih gelar Master of Sciene dan PhD dari University of Pennylvania Philadelphia AS dalam iklan ini, dapat memberi insipirasi bagi masyarakat. ”Yang lebih penting lagi dapat menjadi insiprasi bagi anak-anak muda agar mengembangkan kreativitas dan tidak mudah menyerah,” tuturnya.

Lulusan Jurusan Ekonomi Lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 1985 ini memperoleh Magister International Development dari University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat, pada 1990. Setelah itu, ia memperoleh PhD pada 1993 di tempat yang sama.

Karier Anggito di pemerintahan dimulai saat menjadi Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengembangan Pasar Modal (1999), kemudian menjadi Kepala Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional (Bapekki) (2003-2006), Pjs Kepala Badan Analisa Fiskal Kementerian Keuangan (2004), serta Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (2004- Mei 2010).

Anggito sempat dicalonkan sebagai Wakil Menteri Keuangan. Namun, pria yang piawai memainkan saksofon ini tidak jadi dilantik, karena status kepegawaiannya yang dianggap belum setara dengan tingkat eselon I PNS. Ia pun mengundurkan diri pada Mei 2010 dan kembali pada aktivitas sebagai dosen di UGM, yang sangat dicintainya.

Seperti diketahui, di luar pemerintahan, Angito dikenal sebaga penulis dan pengajar. Jabatan yang pernah dipegangnya adalah Direktur Program, Pusat Studi Antar Universitas UGM Yogyakarta (1995-1997) dan Kepala Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi (PAU-SE) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta (1997-2000).

Sedangkan di luar lingkungan akademis, ayah dua anak ini dipercaya menjadi Komisaris Bank Internasional Indonesia (2000-2001), Lippo Bank (2001-2003), dan PT Telkom (2004-2008).

Anggito pun pernah menjadi konsultan paruh waktu di Bank Dunia, Washington DC (1992-1995). Pada 2000 menjadi anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) dan sejak 2007 hingga sekarang menjadi anggota Dewan Riset Nasional. [mdr-inilah.com]