Kebanyakan orang merokok untuk mengurangi kecemasan saat mengalami stres. Namun para peneliti justru menemukan berhenti merokok bisa membuat seseorang lebih bahagia, dan efeknya akan terasa selama ia berhasil menghentikan kebiasaannya tersebut.
Hal ini disimpulkan berdasarkan hasil penelitian tim peneliti dari Brown University dan University of Southern California, Amerika. Kesimpulannya berhenti menggunakan tembakau kemungkinan memiliki efek mengurangi stres dan juga meningkatkan suasan hati.
"Jika seseorang berhenti merokok, maka gejala depresinya akan menurun. Jika kondisi ini datang lagi, maka suasana hatinya akan membuat ia merasa lebih baik. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh obat antidepresan," ujar Profesor Christopher Kahler dari Brown University, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (6/12/2010).
Para peneliti melibatkan 236 laki-laki dan perempuan yang mencoba untuk berhenti merokok. Partisipan ini mendapatkan konseling dan menentukan tanggal kapan ia mulai berhenti. Selanjutnya gejala depresi dari partisipan ini diuji seminggu sebelum berhenti dan 2, 8, 16 dan 28 minggu setelah berhenti merokok.
Peneliti menemukan partisipan yang berhasil berhenti merokok adalah kelompok yang paling bahagia dan memiliki suasana hati ini tetap konstan. Sedangkan partisipan yang hanya berhenti sementara akan merasakan suasana hati yang bahagia hanya pada saat ia tidak merokok.
"Asumsi yang selama ini dipercaya oleh masyarakat adalah kemungkinan rokok memiliki sifat antidepresan, sehingga jika ia berhenti bisa memicunya menjadi depresi. Namun hasil yang ditemukan justru kebalikannya," ujar Profesor Kahler.
Menurut Prof Kohler hasil ini cukup mengejutkan, karena pada orang yang hanya berhenti sementara, tetap melaporkan pengurangan gejala depresi yang dirasakannya. Hasil ini berkorelasi baik dengan penelitian lain yang dilakukannya pada tahun 2002, yaitu seorang perokok bisa berakhir menjadi depresi.
Tidak mudah memang untuk membuat seorang perokok berhasil menghentikan kebiasaannya ini, terlebih jika ia termasuk kelompok perokok berat. Tapi ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok, baik yang cara yang biasa ataupun cara yang tidak biasa.
(ver/ir-detik.com)
Hal ini disimpulkan berdasarkan hasil penelitian tim peneliti dari Brown University dan University of Southern California, Amerika. Kesimpulannya berhenti menggunakan tembakau kemungkinan memiliki efek mengurangi stres dan juga meningkatkan suasan hati.
"Jika seseorang berhenti merokok, maka gejala depresinya akan menurun. Jika kondisi ini datang lagi, maka suasana hatinya akan membuat ia merasa lebih baik. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh obat antidepresan," ujar Profesor Christopher Kahler dari Brown University, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (6/12/2010).
Para peneliti melibatkan 236 laki-laki dan perempuan yang mencoba untuk berhenti merokok. Partisipan ini mendapatkan konseling dan menentukan tanggal kapan ia mulai berhenti. Selanjutnya gejala depresi dari partisipan ini diuji seminggu sebelum berhenti dan 2, 8, 16 dan 28 minggu setelah berhenti merokok.
Peneliti menemukan partisipan yang berhasil berhenti merokok adalah kelompok yang paling bahagia dan memiliki suasana hati ini tetap konstan. Sedangkan partisipan yang hanya berhenti sementara akan merasakan suasana hati yang bahagia hanya pada saat ia tidak merokok.
"Asumsi yang selama ini dipercaya oleh masyarakat adalah kemungkinan rokok memiliki sifat antidepresan, sehingga jika ia berhenti bisa memicunya menjadi depresi. Namun hasil yang ditemukan justru kebalikannya," ujar Profesor Kahler.
Menurut Prof Kohler hasil ini cukup mengejutkan, karena pada orang yang hanya berhenti sementara, tetap melaporkan pengurangan gejala depresi yang dirasakannya. Hasil ini berkorelasi baik dengan penelitian lain yang dilakukannya pada tahun 2002, yaitu seorang perokok bisa berakhir menjadi depresi.
Tidak mudah memang untuk membuat seorang perokok berhasil menghentikan kebiasaannya ini, terlebih jika ia termasuk kelompok perokok berat. Tapi ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok, baik yang cara yang biasa ataupun cara yang tidak biasa.
(ver/ir-detik.com)