PEREMPUAN BERTUDUNG >> 1Korintus 11:3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. 11:4 Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. 11:6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. 11:7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. 11:8 Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Kenapa perempuan harus menudungi kepalanya? Tudung kepala tidak boleh dikenakan secara sembarangan, misalnya untuk di jalan-jalan atau ke pasar, tetapi dipergunakan disaat perempuan mendengarkan pembacaan Alkitab atau ketika ia sedang membaca Alkitab atau sedang berdoa. Sebab konsep kerja ALLAH itu berjenjang secara hirarki; BAPA berbicara ke ANAK, ANAK berbicara kepada laki-laki, dan laki-laki kepada perempuan – istrinya; >> 1Korintus 14:35 Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. Tapi manakala perempuan itu harus berhadapan secara langsung dengan TUHAN, yaitu ketika mendengarkan pembacaan Alkitab, atau membaca Alkitab atau berdoa, dia harus menggunakan penudung kepalanya, sebab ia melangkahi laki-laki. Jadi, penudung kepala perempuan fungsinya adalah pengganti kedudukan laki-laki. Jika perempuan tidak mau mengenakan penudung kepala, dia harus mencukur rambutnya, supaya ia serupa dengan laki-laki, dan itu akan menjadi penghinaan bagi diri perempuan itu sendiri. Sebaliknya, jika laki-laki, seperti Paus Roma Katolik, menggunakan penudung kepala, yang disebut: Zucchetto (bentuk jamaknya zucchetti, kata Bahasa Italia bagi "labu manis kecil"), yang juga disebut pileolus dalam Bahasa Latin, adalah sepotong penutup kepala yang dikenakan oleh para rohaniwan Gereja Katolik Roma dan juga dalam aliran Anglikan (Gereja Episkopal) di Amerika Serikat. Penutup kepala ini mulanya dipakai untuk melindungi bagian kepala rohaniwan yang sengaja dipangkas habis untuk alasan religius dari keadaan gereja yang dingin dan lembab; dan terus ada sebagai perlengkapan tradisional dari sebuah pakaian. Penutup kepala ini terdiri atas delapan panel yang dijahit bersama, dengan sepotong untaian tali di atasnya. Namanya mungkin lahir karena kemiripannya dengan potongan separuh buah labu, atau berasal dari kenyataan bahwa benda ini menutup "labu" yang lebih besar (yakni kepala manusia). Penampilannya sangatlah mirip dengan penutup kepala Yahudi, kippah, walau nilai pentingnya sangat berbeda. - http://id.wikipedia.org/wiki/Zucchetto Laki-laki itu menghina dirinya sendiri karena menyamakan dirinya dengan perempuan. Saya membahas masalah ini karena kelihatannya merupakan hal penting bagi gereja-gereja untuk kembali pada tradisi Alkitab, mengingat jemaat di Korintus menerima teguran keras masalah ini dari rasul Paulus; >> 1Korintus 11:16 Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian. Lebih-lebih ini menyangkut aturan dan prosedur untuk berhadapan dengan ALLAH. Saya yakin setiap orang Kristen adalah orang yang takut dan hormat pada ALLAH-nya dan berusaha menyesuaikan dirinya dengan ajaran Alkitab. Jika ajaran manusia yang tidak Alkitabiah saja begitu mudah kita turuti, mengapa kita tidak lebih suka diajar oleh TUHAN dan Alkitab, yang terjamin kebenarannya? Mari kita segera mulaikan pola hidup gerejani yang benar berdasarkan petunjuk Alkitab dan kita tanggalkan pola hidup yang sia-sia yang tidak mendapatkan perkenan TUHAN. Beberapa bulan yang lalu, bunda Roslina ada mengirimi saya photonya yang sedang berkerudung di gerejanya. Kelihatannya bunda Roslina suka menjelajah gereja-gereja dan kini sedang tertarik mengkaji sebuah gereja yang mengenakan kerudung ini. Mungkin bunda Roslina bisa ceritakan masalah ini? Sekarang tentang roti perjamuan; Roti perjamuan rata-rata seukuran Flash Disk. Bahkan gereja Katolik dan Bethany malah setipis dan seukuran mata uang logam kita. Kelihatannya itu hanya dimaknai secara simbolis yang saya kuatir semakin lama akan semakin diperkecil menjadi seukuran debu atau pasir. Asalkan masih namanya roti, maka sekecil semutpun jadilah. Benar, kalau yang namanya roti, biar sekecil apapun tetap roti. Tapi bagaimana dengan yang namanya perjamuan? Perjamuan sendiri maknanya adalah makan-makan, suatu acara undangan untuk makan-makan kenyang. Itulah perjamuan. Perjamuan itu pesta. Perjamuan kawin, artinya pesta perkawinan. Jadi, harus kenyang. Nah, perjamuan suci/kudus itu adalah pesta yang kudus, pesta yang suci, dengan makanannya berupa roti, sebagai lambang dari tubuh YESUS, untuk memperingati kematianNYA bagi penebusan dosa-dosa kita. Jadi, harus tetap bisa untuk mengenyangkan perut. Penekanannya bukan pada rotinya, melainkan perjamuannya. Bahwa thema acaranya adalah perjamuan – makan-makan, bukan roti themanya. Sedangkan roti adalah makanannya yang harus dimakan. Demikian pula dengan ukuran anggur yang harus kita minum, harus mengenyangkan, bukan ala kadarnya. >> 1Korintus 11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. 11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. 11:33 Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. 11:34 Kalau ada orang yang lapar, baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk dihukum. Hal-hal yang lain akan kuatur, kalau aku datang. Orang-orang di Korintus ketika makan roti perjamuan, makan untuk mengenyangkan perut mereka. Dan rasul Paulus memarahi mereka bukan oleh sebab kenyang atau tidaknya, melainkan cara-cara mereka makan yang kayak orang kelaparan dan tanpa hormat bahwa itu roti untuk perjamuan suci. Jadi, roti perjamuan itu harus memenuhi unsur mengenyangkan perut, bukan roti secuil yang ala kadarnya saja. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx PERBEDAAN ALKITAB LAI DENGAN ILT 1. Kejadian 4:7; ILT: Jika engkau berbuat baik, tidakkah akan menengadah? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, di depan pintu ada dosa dan keinginannya yang mengintai terhadap kamu, tetapi engkau harus berkuasa atasnya!" LAI: Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Ini adalah Firman TUHAN kepada Kain ketika dalam pikiran Kain timbul keinginan untuk membunuh adiknya: Habel, oleh karena iri hati. Persembahan Kain yang berupa hasil pertanian ditolak TUHAN, sedangkan persembahan Habel yang berupa Kambing Domba, diterima TUHAN. Sebelum saya membahas perbedaan itu, saya ingin menyampaikan pengajarannya lebih dahulu, mengapa persembahan yang satu diterima dan yang satu ditolak. Adakah TUHAN tidak adil? a. Kalau dari antara warna merah, biru, kuning dan hijau, saya menyukai yang hijau, apakah berarti saya membenci warna yang lainnya? Kalau dari antara ikan bakar dengan ayam goreng, saya memilih yang ikan bakar, apakah berarti saya membenci yang ayam goreng? Kalau dari antara 2 gadis saya memilih seorang, apakah berarti saya membenci yang seorang? Kalau dari antara 2 anak, saya lebih menyayangi yang satu, apakah berarti saya membenci yang satunya? Jadi, penolakan tidaklah sama dengan kebencian. b. Kalau saya memilih warna hijau dan mengabaikan warna yang lainnya, pasti saya mempunyai alasannya, yaitu untuk mewarnai gambar rumput atau daun ' kan harus warna hijau yang pantas?! Kalau saya memilih gadis pasti saya pilih yang sifatnya serasi dengan sifat saya. Atau kalau saya lebih mengasihi seorang anak pastilah karena ada kelebihan dari anak tersebut yang menyukakan hati saya. Jadi, menerima atau menolak itu pasti ada alasannya. Hukum Taurat membuktikan bahwa untuk menggambarkan YESUS KRISTUS, ALLAH menggunakan binatang-binatang ternak sebagai korban sembelihan, teristimewa: Domba. Harus terdiri dari darah dan daging. Karena itu ALLAH menolak persembahan Kain yang hasil pertanian. Tidak sejalan dengan rancangan jangka panjang ALLAH. Dan kita boleh yakin bahwa Adam ketika berdoa kepada ALLAH pasti menggunakan korban hewan; domba, sehingga persembahan Kain merupakan suatu persembahan yang asing bagi ALLAH. Kelihatannya Kain membikin acara sendiri sama seperti Paus yang mendirikan peribadatan hari Minggu, yang menyimpang dari tradisi yang sudah TUHAN ajarkan. Kain tidak mengikuti kebiasaan Adam, ayahnya. c. Kebenaran didapatkan dari pengujian. Kebenaran itu dibuktikan melalui ujian. Bahwa adanya cerita Kain membunuh Habel, adiknya, memberikan kebenaran bagi sikap ALLAH yang menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain. Bahwa ALLAH mengetahui kelemahan Kain disitu. Tabiat jahat Kain sebagai tabiat aslinya akan muncul jika dia diuji melalui kecemburuan. Sama seperti orang menguji emas dengan cairan kimia atau api. Emas asli atau tidaknya bisa diketahui melalui itu. Sama seperti ujian kesetiaan adalah penganiayaan, supaya bisa diketahui mana orang Kristen yang benar-benar Kristen dengan mana Kristen yang hanya KTP-nya saja. Jadi, pilihan menerima atau menolak itu ada maksud-maksudnya atau tujuannya. d. Ujian bukan ditujukan terhadap Kain saja, melainkan Habel juga ikut diuji. Sebab dosa bukan mengenai ekstrim kiri saja, tapi yang ekstrim kanan juga dosa. Jika Kain jatuh ke dalam dosa pembunuhan, apakah Habel tidak jatuh ke dalam dosa kesombongan, oleh sebab ALLAH lebih mengasihinya? Nah, dari ini semua kita tidak mempunyai landasan untuk menuduh ALLAH tidak adil, bukan?! Keadilan ALLAH bisa kita lihat secara jelas dan gamblang melalui peneropongan. Tidak bisa dari sepintas laluan saja, sama seperti kalau kita ingin melihat sesuatu secara lebih baik dan lebih jelas, harus melihatnya dari kedekatan, tidak bisa dari kejauhan saja. Sekarang kita masuk pada perbedaan LAI dengan ILT. LAI menuliskan "berseri-seri" sedangkan ILT menyebutnya "menengadah." Bukankah makna dari "menengadah" ini adalah rasa percaya diri? Bahwa kalau kita tidak mempunyai kesalahan, kita akan lebih tenang dan percaya diri? Kita akan seperti orang yang bebas atau merdeka. Tidak ada beban karena tidak mempunyai kesalahan?! Seperti kita mempunyai istilah untuk tidak tahu malu adalah: "tebal muka."Jika kata-kata ini diterjemahkan ke bahasa Inggris secara langsung akan bermakna: "bermuka tebal"[thick-skinned]. Nah, apakah orang Inggris bisa mengerti kalau yang kita maksud "tidak tahu malu?" Demikian halnya dengan LAI berusaha mendekatkan kepada budaya/pengertian kita, dari pada sekedar menterjemahkan secara langsung, bahwa yang dimaksud oleh orang Yahudi dengan "menengadah" itu adalah semacam rasa percaya diri, yaitu gembira atau berseri-seri. Jadi, suatu terjemahan secara apa adanya tanpa melibatkan adanya perbedaan budaya atau pemikiran yang terjadi dari antara 2 bangsa justru tidak tepat dan bisa menyesatkan jauh sekali. Contoh lain yang sederhana adalah antara roti dengan nasi. Bagi kita roti adalah makanan ringan, bukan makanan utama. Tapi bagi bangsa Yahudi, roti adalah makanan utama mereka. Bukankah ini suatu perbedaan yang menyesatkan sekali, seperti antara utara dengan selatan? Yang satu berarti makanan berat sedangkan yang satunya memaknainya sebagai makanan ringan? Untung saja kita sudah menerima penjelasan bahwa roti itu makanan utama orang Yahudi. Itulah sebabnya rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menegur mereka yang memakan roti perjamuan sebagai untuk kekenyangan. Siapa tahu roti perjamuan disana ukurannya besar-besar, tidak sekecil ukuran roti perjamuan kita yang hanya sekitar 3 sentimeteran saja. Bahwa ukuran seketul mereka itu besar sekali, bukan seperti seketul kita. Siapa tahu seketul itu besarannya seperti roti tawar kita? Karena itu saya pikir, saya lebih suka Alkitab teks aslinya dari pada Alkitab terjemahan yang diterjemahkan secara tekstual sebagaimana aslinya. Kalau teks Ibrani aslinya, kita bisa mencari bantuan referensi dari adat-istiadat mereka. Dan siapa tahu justru LAI sudah melakukannya, yaitu bukan sekedar menterjemahkan secara telanjangan, melainkan sudah diolah berdasarkan data-data lain yang mereka miliki?! Jadi, terjemahan langsung/telanjang terlalu sulit untuk kita sebut sebagai kesempurnaan. Sebab masih banyak komponen-komponen lain yang diperlukan untuk masuk pada maksud teks aslinya. |