Wednesday 2 November 2011

PERBEDAAN OBAT KIMIAWI DAN OBAT HERBAL/ALAMI

Obat Kimiawi :
1. Lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja.
2. Bersifat sympthomatis yang hanya untuk mengurangi penderitaannya saja.
3. Bersifa paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif, bila tepat penyakit akan sembuh, bila tidak akan menjadi racun yang berbahaya.
4. Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang sifatnya akut (butuh pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut, patah tulang, infeksi akut dan lain-lain.
5. Reakdi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ tubuh lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama.
6. Efek samping yang bisa ditimbulkan iritasi lambung dan hati, kerusakan ginjal, mengakibatkan lemak darah.
Obat Herbal/alami :
1. Diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi serta organ-organ yang rusak.
2. Bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.
3. Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena pengobatannya pada sumber penyebab penyakit.
4. Lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang memerluakan pengobatan lama.
5. Reaksi lambat tetepi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan membangun kembali organ-organ yang rusak.
6. Efek samping hampir tidak ada, asalkan diramu oleh herbalis yang ahli dan berpengalaman.
AWAS !!! Waspadai Efek Samping Obat Kimia
Cobalah Anda membaca brosur atau aturan pakai pada obat-obatan kimia, Anda akan menemukan serentetan efek samping yang bisa Anda alami jika mengonsumsinya.
Tapi berbeda halnya dengan obat herbal murni, Anda tidak akan menemukan efek samping ketika mengonsumsinya. Dan jika ada toh, efek samping yang ada sebenarnya hanyalah merupakan proses penyembuhan karena tubuh telah menerima “makanan” dengan kadar sangat tinggi. Kita semua perlu memahami adanya perbedaan antara efek samping dengan proses penyembuhan. Efek samping adalah suatu reaksi tubuh yang menolak terhadap pengobatan yang diberikan, dan ini biasanya diakibatkan oleh karena pengobatan sintetis atau kimia dimana unsur tidak alami ini dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh.
Sedangkan proses penyembuhan secara garis besar digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Proses penyesuaian tubuh, dimana tubuh menyesuaikan sistem metabolisme untuk bisa memanfaatkan pengobatan yang diberikan. Reaksi yang mungkin muncul berbeda-beda pada tiap individu, misal: pusing, mual, sakit perut.
2. Proses detoksifikasi, dimana tubuh mengeluarkan racun atau zat-zat berbahaya dari dalam tubuh ketika/setelah menerima pengobatan. Reaksi yang mungkin muncul: batuk-batuk, pilek, demam, gatal-gatal, borok, banyak mengeluarkan keringat, sering buang air kecil dan besar.
3. Proses regenerasi, dimana setelah menerima pengobatan, tubuh menganti sel-sel lama dengan sel-sel baru untuk memperbaiki sel, jaringan atau organ yang telah rusak.
Reaksi yang mungkin muncul: rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, kulit pecah-pecah, badan lemas, demam, dll. Proses penyembuhan yang terkadang menimbulkan reaksi tidak nyaman di atas, harus dialami oleh tubuh supaya tubuh bisa mengalami kesembuhan.
Jika Anda merasakan reaksi tidak mengenakkan setelah menggunakan pengobatan alternatif (termasuk terapi herbal), dan kemudian Anda menghentikan pengobatan yang diberikan, itu sama saja dengan menghentikan proses penyembuhan. Suatu reaksi bisa dikatakan merupakan suatu efek samping (tubuh menolak pengobatan yang diberikan) apabila setelah melewati 3 hari, kondisi penderita MAKIN BERTAMBAH PARAH pada saat pengobatan diteruskan.
Reaksi-reaksi negatif ini biasanya terlihat langsung pada saat penderita mengonsumsi obat-obatan kimia yang tidak cocok dengan tubuh. Jadi jangan biasakan anda meminum obat-obatan kimia (walaupun hanya obat yang ada di warung sekalipun). Pilek sedikit, obat. Batuk sedikit obat.
Pusing sedikit, obat. Tahukah anda bahwa obat-obatan yang anda konsumsi lama-kelamaan akan menimbulkan penyakit baru yang sebenarnya anda tidak pernah mengalaminya seperti kerusakan pada ginjal, jantung, hati, menyebabkan tumor, hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Parahnya lagi obat-obatan kimia tersebut kebanyakan tidak menyembuhkan anda dari penyakit yang anda derita melainkan hanya menghilangkan gejalanya saja. Sedangkan penyakitnya masih bersemayam di dalam tubuh anda. Semua orang juga tahu bahwa mengonsumsi obat kimia adalah berbahaya, sedangkan suplemen bisa kita konsumsi setiap hari. “Katakan TIDAK pada Obat Kimia”
HATI-HATI !!! BAHAYA OBAT KIMIA MENGANCAM
Banyak praktisi kesehatan terlebih masyarakat awam, tidak mengetahui FAKTA bahwa makin rutin kita memakai obat-obatan kimia, makin resisten (menolak dan kebal) pula tubuh dan penyakit MELAWAN pengobatan yang diberikan.
Jika pengobatan kimia ini diteruskan, ini akan mengakibatkan kerusakan yang cukup fatal bahkan kematian!
ARV yang jadi andalan para Odha pun juga demikian. Hal ini dengan sederhana bisa kita pelajari dari sejarah atau fakta keseharian di sekitar kita. Coba Anda perhatikan bahwa seseorang yang sudah terbiasa meminum obat flu (misal: Sanaflu, Fludan, Inzana, dll) setiap kali terserang influensa, dosis yang diminum lama-kelamaan semakin meningkat. Ini bukan menandakan virus flunya yang makin kebal, tapi suatu petunjuk bahwa tubuhnya makin resisten.
Contoh lain, khusus untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri, para dokter medis konvensional akan memberikan antibiotik sintetis pada pasien. Pemakaian rutin antibiotik ini pun tetap saja membuat bakteri makin resisten. Pasien lama-kelamaan akan menaikkan dosis antibiotiknya. Antibiotik sintetis yang diberikan dengan tujuan mematikan bakteri penyebab penyakit ternyata juga mematikan bakteri lainnya yang SANGAT kita butuhkan untuk bisa tetap sehat. Jika bakteri penyebab penyakit ini masih tersisa, bakteri ini akan resisten juga terhadap pengobatan kimia yang diberikan. Jika pasien tetap diberikan antibiotik sintetis secara rutin, bukan hanya resistensi bakteri saja yang akan terjadi, tapi efek samping juga makin banyak bermunculan karena “bakteri menguntungkan” telah banyak dimatikan oleh antibiotik ini.
Hukum Alam telah menetapkan bahwa tiap organisme memiliki kecenderungan untuk bertahan hidup. Virus, bakteri, jamur, dan mikroba lainnya telah ditetapkan dalam Hukum Alam untuk bisa BERADAPTASI dan bertahan hidup. Adaptasi mikroba inilah yang menyebabkan mereka bisa bermutasi dan resisten.
Salah satu ciri Hukum Alam adalah segala mikroba telah dirancang untuk BERADAPTASI dan bertahan hidup dari “racun” atau “serangan” sintetis (buatan manusia). Ciri Hukum Alam berikutnya adalah segala mikroba memiliki “penghancur” alaminya tersendiri dimana mikroba tersebut TIDAK AKAN PERNAH bisa beradaptasi dan bertahan hidup. Hukum Alam ini sudah merupakan bagian dari rancangan Allah dan jika kita bijaksana, kita tinggal memanfaatkannya saja.
Itulah sebabnya mengapa segala cara tidak alami dari manusia untuk membasmi penyakit selalu mendapatkan penolakan baik dari tubuh kita sendiri (berupa efek samping) dan juga penyakit yang kita ingin basmi.
Lain halnya jika kita memakai herbal atau terapi alami lainnya untuk memusnahkan penyakit, pengobatan alami tersebut mengandung “zat pembunuh alami” bagi mikroba tertentu. Dan yang harus Anda sadari adalah zat pembunuh alami ini telah dirancang oleh Allah dalam KemahabijaksanaanNya untuk bisa membunuh mikroba-mikroba tertentu tanpa menimbulkan resistensi.
Sama seperti Kucing adalah pemangsa alami hama tikus, dan tikus TIDAK BERDAYA melawan kucing, kandungan alami dalam pengobatan alami, seperti misalnya Habbatus sauda memiliki asam amino, zaitun , madu, propolis lebah memiliki kandungan polifenol yang tinggi, sangat efektif dalam membasmi berbagai virus dan bakteri, dengan aman dan mikroba tersebut tak berdaya untuk bisa “melawan balik” atau resisten. Ini sudah menjadi Hukum Alam dari Allah yang Maha bijaksana, yang telah merancangkan jauh-jauh hari di awal penciptaan bumi.
Jadi, jika Anda ingin mendapatkan pengobatan yang tubuh dan penyakit kita sendiri tidak akan resisten, pakailah pengobatan alami ciptaan Allah. Allah telah mempersiapkan musuh dan pembunuh alami bagi mikoba-mikroba penyebab penyakit. Apa Anda meragukan hikmatNya dengan cara meragukan rancangan dan ciptaan Allah ini?.
ARV Jika Diminum Rutin, Tubuh dan Penyakit Akan Tetap Resisten. Salah satu DUSTA BESAR medis konvensional adalah Odha wajib minum ARV supaya virus tidak resisten. Saya sungguh prihatin dengan para Odha yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang sains kesehatan. Mereka menerima “doktrin” ini begitu saja karena mereka SEDANG DILANDA KEKHAWATIRAN YANG LUAR BIASA. Perasaan inilah yang membuat para Odha tidak bisa berpikir rasional dan mau menerima begitu saja apa yang dikatakan oleh dokter medis konvensional tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa berusaha menyelidikinya.
ARV jika diminum rutin, tubuh dan penyakit akan tetap resisten terhadapnya. Jika Anda ingin bukti dari pernyataan kontroversial saya ini, silahkan perhatikan saja para Odha pemakai ARV disekitar Anda. Cepat atau lambat, mereka menaikkan dosis ARV atau mengganti jenis ARV supaya tidak memperlihatkan gejala oportunistik berlebih.
Lain halnya bagi para Odha yang menolak ARV dari sejak awal, kemudian memakai pengobatan alami secara rutin, mereka justru memperlihatkan kondisi yang MAKIN SEHAT SECARA PASTI (dan bisa dibuktikan secara lab) tanpa harus menaikkan dosis pengobatan!
Disamping itu, yang perlu Odha sadari adalah yang membunuh para almarhum Odha adalah ARV itu sendiri, dan bukan HIV-nya! Kenapa bisa demikian? Karena HIV itu sendiri tidak pernah ada! Bayangkan saja, apa yang terjadi jika Anda sebenarnya hanya terinfeksi penyakit biasa (misal sakit perut, influenza, lymphadenitis, pneumonia, dll) tapi diberikan OBAT KERAS yang PENUH DENGAN EFEK SAMPING MEMATIKAN? Tentu saja cepat atau lambat, obat keras itulah yang akan membunuh Anda, bukan penyakit Anda! Itulah yang terjadi dengan para almarhum Odha yang rutin memakai ARV!
ARV harus Odha konsumsi SEUMUR HIDUP dan tetap TIDAK MENYEMBUHKAN Odha, sedangkan pengobatan alami hanya dikonsumsi sampai mereka sembuh.
Jadi, saya tekankan kepada para Odha:
TINGGALKAN ARV DAN MULAILAH PENGOBATAN ALAMI CIPTAAN ALLAH SEBELUM TERLAMBAT!!!
Obat-Obatan Kimia Adalah Obat yang Merusak Alam. Coba Anda bayangkan, apa yang akan terjadi jika semua penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa ini memakai obat-obatan kimia, setelah itu membuangnya di air dan tanah kita? Mudah ditebak: berton-ton racun kimia ini akan mencemari air dan tanah Indonesia, mengacaukan ekosistem, merusak tanaman, mengganggu kehidupan hewan, dan yang pasti… kita meracuni diri sendiri dan anak-cucu kita!
Oleh karena itu, saya tidak heran jika di media massa sering diberitakan adanya hewan maupun manusia yang lahir dengan kelainan genetis, lemah sering sakit-sakitan, atau cacat. Hal-hal seperti ini juga erat hubungannya dengan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi genetika semua mahluk hidup.
Menurut pendapat saya, kebiasaan lebih senang memakai pengobatan kimia dibandingkan pengobatan alami ciptaan Allah, adalah tindakan yang “TANPA SADAR” merendahkan Maha Karya Allah dalam alam ciptaanNya. Allah SWT dengan KemahabijaksanaanNya telah mempersiapkan alam untuk menyembuhkan SEGALA penyakit yang ada, yang siap kita pakai secara murah bahkan ada yg cuma-cuma. Namun dengan kesombongan akan “kepintaran” manusia, kita secara “bawah sadar” berkata kepada Sang Maha Bijaksana, ”Allah,… cara dan buatan kami (standar pengobatan manusia dan obat-obatan kimia) lebih manjur daripada cara dan buatanMu (Hukum Alam dan obat alami), Jadi saya lebih memilih obat kimia ini dech… Sorry ya Allah SWT…”.
Produsen obat-obatan kimia medis konvensional berkata, “Tapi bukankah produk-produk kami mengolah alam karena juga berasal dari alam?”
Ya memang benar obat-obat kimia medis konvensional berasal dari alam. Bahkan segala yang ada di sekitar adalah dari alam, seperti misalnya mobil, jam tangan, radio, racun serangga, kosmetik, dan sebagainya.
Tapi permasalahannya adalah benarkah memproduksi obat-obatan kimia adalah tindakan mengolah alam?
Tidak. Yang benar adalah merusak alam.
Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen atau obat herbal. Pembuatan obat herbal merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena pembuatan herbal tidak merusak “rancangan” Allah atas materi asal yang dijadikan obat herbal. Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah ditentukan Allah SWT sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Allah SWT untuk kebaikan kita.
Contoh mengolah alam dalam pengobatan alami adalah Habbatus sauda, Zaitun, Madu, pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan ekstrak bawang putih, herbal dari bumbu-bumbu dapur, jamu asli, dan sebagainya.
Lain halnya dengan obat-obatan yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”), sehingga “rancangan awal Allah SWT” atas molekul tersebut jadi hilang.
Contoh merusak alam dari molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh Allah untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan berbagai masalah kesehatan.
Jika ada yang berpendapat bahwa pengobatan alami tidak bisa dipercaya karena kurang penelitian, saya katakan ini adalah pendapat yang salah besar. Jika Anda melakukan pencarian pada Search Engine Google, akan Anda dapati beribu-ribu jurnal ilmiah yang mempublikasikan bukti-bukti ilmiah dari pengobatan alami.
Bukti-bukti dan fakta sejarah telah ada di depan mata kita!