Monday 6 February 2012

artian mimpi dalam islam

Dalam Islam, banyak ayat Al Qur'an dan riwayat Nabi yang menceritakan masalah mimpi. Contohnya, Surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 102 yang mengisahkan mimpi Ibrahim ketika diharuskan menyebelih Ismail, putranya sendiri. Ada pula Surat Al Fath (48) ayat 27 mengenai mimpi Rasulullah SAW sebelum Perjanjian Hudaibiyah. Dan tentang mimpi-mimpi Nabi Yusuf pada Surat Yusuf (12) ayat 43. Mimpi-mimpi yang dikisahkan dalam Al Qur'an umumnya terjadi dan mengisyaratkan kenabian.

Tidak hanya para nabi, ternyata para sahabat pun pernah mengalami mimpi yang pada akhirnya terbukti. Namun, tidak seperti mimpi para nabi yang sangat terang dan tidak harus diinterpretasikan karena merupakan wahyu dari Allah, mimpi para sahabat ada yang perlu diinterpretasikan atau ditafsirkan terlebih dahulu. Misalnya, mimpi Abu Bakar yang menaiki tangga bersama Rasulullah, tetapi mereka berselisih dua anak tangga. Dalam interpretasinya, Abu Bakar menyatakan bahwa kematiannya akan datang dua tahun setelah Rasulullah, dan itu benar-benar terjadi. Sebaliknya, contoh mimpi yang tidak perlu diinterpretasikan antara lain mimpi Bilal yang melafazkan bacaan-bacaan azan. Setelah melapor kepada Rasulullah SAW, Rasul mengatakan bahwa mimpinya benar.

Mengenai arti mimpi secara umum, Rasulullah SAW bersabda (HR Bukhari dan Muslim),


"Mimpi itu ada tiga. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira dari Allah. Mimpi yang menyedihkan berasal dari setan, dan mimpi yang datang dari obsesi seseorang. Jika salah seorang di antara kalian mimpi yang menyedihkan, hendaklah dia bangun lalu shalat dan tidak menceritakannya kepada orang lain".

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda (HR Bukhari dan Muslim),

"Mimpi yang baik adalah dari Allah, sedangkan mimpi yang menakutkan berasal dari setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak menyenangkan, hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung diri kepada Allah dari setan, sehingga mimpi tersebut tidak membahayakannya."

Selanjutnya, pada tahun-tahun jauh setelah Rasulullah, muncul ilmuwan Abu Bakar Bin Ali Muhyiddin Alhatimim Attha'i atau yang populer dengan sebutan Ibn Arabi (17 Agustus 1165 - November 1240) di Spanyol yang membahas masalah interpretasi mimpi. Pendekatan yang digunakan Arabi untuk menganalisis mimpi adalah ilham intuitif karena dia seorang sufi.

Secara umum, menurut Arabi, mimpi adalah bagian dari imajinasi atau tempat penampakan wujud-wujud spiritual, para malaikat dan roh, tempat mereka memperoleh bentuk dan figur-figur "rupa penampakan" mereka, dan karena di sana konsep-konsep murni dan data indra bertemu dan memekar menjadi figur-figur personal. Dan interpretasi mimpi menurutnya bahwa segala sesuatu datang dalam alam imajinasi karena ditafsirkan. Ini berarti sesuatu itu sendiri memiliki bentuk tertentu yang muncul dalam bentuk lain sehingga sang penafsir mendapatkan sesuatu dari bentuk yang dilihat oleh si pemimpi kepada sesuatu itu sendiri.