Sebagai orangtua, sebaiknya orangtua lebih banyak berdialog dengan si ABG tentang berbagai resiko pacaran. Anda bisa memberikan peringatan apabila anak mengenal sang pacar dari dunia maya atau yang bukan dari lingkungan pergaulannya sehari-hari. Dengan sering berdialog, baik anak maupun orangtua bisa lebih bijak menanggapi situasi jika mendapati si ABG berada dalam kesulitan.
Kepada anak, berikan penjelasan bahwa inilah yang mungkin akan ia hadapi:
1. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
2. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
3. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
4. Predator internet
Predator internet biasanya orang dewasa yang menampilkan dirinya sebagai remaja di internet dengan mengubah statusnya. Mereka berusaha manarik perhatian remaja pengguna internet. Mereka adalah pelaku seksual yang sering kali menjanjikan hadiah, mengundang remaja ke pesta-pesta supaya target bersedia berhubungan dengannya. Predator internet ini biasanya menggunakan sarana chatting dalam menjaring target. Situs jejaring sosial seperti Facebook menjadi alat ampuh. Pelaku menampilkan diri dengan meyakinkan, misalkan dengan foto atau profil yang seakan-akan masih remaja.
Sumber: LiveStrong