”Mereka tidak sadar kalau perbuatannya bisa melukai dan menyakiti orang lain,” ujar Dr Michael H Popkin, PhD, pendiri Active Parenting Publishers. Ia juga mengatakan bahwa keadaan seperti itu (marah, memukul, dan menggigit) adalah cara yang primitif dalam menghadapi rasa frustrasi.
Sebagai orangtua, Anda bertugas untuk menenangkan dan memberikan masukan kepada anak agar tidak menyakiti orang lain. Dengan demikian, anak bisa mengendalikan amarahnya dan mampu mengurangi hal-hal negatif yang berhubungan dengan kekerasan fisik.
Anak-anak yang pemarah harus dihadapi saat mereka sudah tenang. Jika Anda berusaha menenangkannya saat mereka tengah marah, mereka tidak akan mendengarkan Anda dan bahkan akan melawan.
Setelah mereka tenang, bicarakan baik-baik bahwa mengigit dan melakukan kekerasan tidak baik dilakukan oleh anak perempuan. Konsekuensinya, ia akan ditinggalkan oleh teman-temannya.
Kalaupun ia menolak dan tetap melakukan yang sama, coba alihkan untuk memukul bantal atau boneka. Jika ia tetap melawan, memukul, dan menggigit, jangan ragu untuk memberikan hukuman. Misalnya, memasukkannya dalam kamar yang sepi hanya berdua dan katakan, misalnya, ”Menggigit dan memukul bukan dilakukan oleh manusia. Hanya hewan saja yang menggigit”.
Setelah amarahnya reda, ajak ia untuk melakukan aktivitas yang ia sukai dan mulailah menjelaskan perbuatannya yang buruk. Lakukan berulang hingga ia paham dan mau berubah.
Sumber: ParentsConnect