Saat bersama pasangan, Anda merasa bahagia, merasa kokoh, dan merasa tak akan ada yang bisa memisahkan Anda dan dia. Komunikasi lancar, mudah untuk saling memahami, lalu datanglah ide untuk membuka usaha bersama. Dalam kenyataannya tidak seindah mimpi bersama pada awal-awal rencana. Ide-ide dan keinginan untuk menjalani bisnis mulai bertentangan. Meski golnya sama, tapi ternyata tidak semudah itu mencapainya, karena cara masing-masing individu berbeda. Sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan, simak tips berikut untuk jadi tips agar hubungan personal dan profesional Anda bisa berlangsung mulus:
1. Bagi peran
Jangan sampai peran Anda dan dia bertumpang tindih. Buat kesepakatan mengenai peran masing-masing dan pastikan Anda dan dia sama-sama nyaman dengan peran tersebut. Contoh, pasangan Eduard Hadiwibowo dan Dwi Lindawati yang membuka restoran The Taste. Linda, sang istri memegang peranan dengan titel Director, sementara Eduard, memegang jabatan Managing Director. “Saya lebih ke urusan lapangan dan supervisi, sementara Linda yang mengatur urusan penentuan resep dan menghitung segalanya. Meski kami sama-sama lulusan finansial, namun kami berbagi peran,” terang Eduard. Salah satu trik yang bisa Anda lakukan adalah untuk menyamakan visi dan menentukan kesamaan landasan. Landasan tersebutlah yang kemudian menjadi kesamaan dan membantu Anda dan dia mencapai kesepakatan ketika terjadi perseteruan. Perkirakan, mungkinkah jika Anda dan dia menjadi partner yang setara, dan bukan salah satu menjadi bos? Kompromi merupakan sebuan latihan yang tak ada berujung, persiapkan diri Anda.
2. Waktu terpisah
Pagi hari saat bangun, Anda bertemu dia. Siang hari, di kantor, bertemu dia juga. Malam hari, saat akan tidur, dia pun ada di sebelah Anda. Wah, lama-lama kebosanan pun bisa menjadi batu sandungan hubungan Anda. Cobalah untuk menyisakan waktu untuk melakukan hobi masing-masing, terpisah. Entah itu dengan Anda pergi ke supermarket untuk berbelanja, si dia pergi bermain golf, apa pun yang Anda masing-masing sukai, asalkan mengizinkan satu sama lain merasakan “me-time”. Dengan begini, Anda dan dia tak terjebak rutinitas, mengurangi friksi dan ketegangan akibat pekerjaan di antara satu sama lain. Kala menikmati waktu sendiri, Anda dan dia makin bisa mengoreksi dan merefleksi diri. Memikirkan apa yang mungkin bisa mengganggu hubungan dan bisnis, kemudian berintrospeksi dan mencari solusi.
3. Pandai menempatkan diri
Untuk pasangan yang memiliki hubungan pernikahan dan terlibat dalam hubungan bisnis, sebaiknya tidak mencampur kedua hal tersebut. Penting untuk membagi waktu dan peran saat di kantor dan saat di luar kantor. Saat urusan pekerjaan, Anda dan dia harus bisa fokus masalah bisnis, sementara mengenai hubungan personal, sebaiknya tidak terbawa ke dalam urusan profesional. Ingat, bahwa Anda dan dia berada dalam satu tim. Tim pernikahan dan tim di bisnis, bukanlah hal yang sama. Anda dan dia butuh satu sama lain untuk saling mendukung di masa-masa sulit baik di kehidupan pernikahan, juga di pekerjaan.
4. Rasa saling menghormati
Ini adalah hal yang cukup tricky. Rasa saling menghormati adalah hal yang penting untuk sebuah partner bisnis. Ketika dibutuhkan, kita harus bisa berganti peran dari suami-istri ke partner bisnis, dan sebaliknya. Dalam hubungan bisnis, hal ini harus benar-benar bisa dilakukan, karena jika tidak, bisa menjebak pikiran kita. Bisa-bisa Anda malah memandang si dia dalam kapasitas pasangan, saat ada masalah di kantor bukan sebagai partner bisnis, hal ini mesti dihindari. Harus bisa menghormati pasangan sebagaimana adanya dia sebagai “partner” saat urusan bisnis.
5. Kencan romantis
Jika memungkinkan, siapkan waktu-waktu tertentu untuk berkencan dan menyiapkan waktu romantis. Saat ini terjadi, upayakan untuk tidak membicarakan bisnis. Ketika sedang menikmati waktu bukan sebagai partner bisnis, curahkan rasa kagum, rasa cinta, dan rasa hormat Anda sebagai istri kepadanya. Nikmati waktu bersamanya sebaik mungkin. Atau bisa juga dengan menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak.
6. Rapat rutin bisnis
Di kantor, Anda dan dia harus bisa menempatkan diri sebagai partner, dan partner harus memiliki tujuan yang sama. Upayakan untuk melakukan perbincangan serius di kantor. Manfaatkan waktu-waktu di kantor sebagai partner, bicarakan segalanya tentang bisnis secara profesional hingga tuntas, lakukan secara rutin, agar sama-sama saling bisa mencurahkan ide dan keinginan. Lalu temukan jalan tengahnya. Ini penting, agar para karyawan pun tidak merasa bingung harus mengikuti omongan siapa. Gunakan waktu-waktu rapat ini juga untuk saling memberikan feedback positif dan dorongan semangat satu sama lain.
Sumber: aol, Editor: NF, kompas.com
1. Bagi peran
Jangan sampai peran Anda dan dia bertumpang tindih. Buat kesepakatan mengenai peran masing-masing dan pastikan Anda dan dia sama-sama nyaman dengan peran tersebut. Contoh, pasangan Eduard Hadiwibowo dan Dwi Lindawati yang membuka restoran The Taste. Linda, sang istri memegang peranan dengan titel Director, sementara Eduard, memegang jabatan Managing Director. “Saya lebih ke urusan lapangan dan supervisi, sementara Linda yang mengatur urusan penentuan resep dan menghitung segalanya. Meski kami sama-sama lulusan finansial, namun kami berbagi peran,” terang Eduard. Salah satu trik yang bisa Anda lakukan adalah untuk menyamakan visi dan menentukan kesamaan landasan. Landasan tersebutlah yang kemudian menjadi kesamaan dan membantu Anda dan dia mencapai kesepakatan ketika terjadi perseteruan. Perkirakan, mungkinkah jika Anda dan dia menjadi partner yang setara, dan bukan salah satu menjadi bos? Kompromi merupakan sebuan latihan yang tak ada berujung, persiapkan diri Anda.
2. Waktu terpisah
Pagi hari saat bangun, Anda bertemu dia. Siang hari, di kantor, bertemu dia juga. Malam hari, saat akan tidur, dia pun ada di sebelah Anda. Wah, lama-lama kebosanan pun bisa menjadi batu sandungan hubungan Anda. Cobalah untuk menyisakan waktu untuk melakukan hobi masing-masing, terpisah. Entah itu dengan Anda pergi ke supermarket untuk berbelanja, si dia pergi bermain golf, apa pun yang Anda masing-masing sukai, asalkan mengizinkan satu sama lain merasakan “me-time”. Dengan begini, Anda dan dia tak terjebak rutinitas, mengurangi friksi dan ketegangan akibat pekerjaan di antara satu sama lain. Kala menikmati waktu sendiri, Anda dan dia makin bisa mengoreksi dan merefleksi diri. Memikirkan apa yang mungkin bisa mengganggu hubungan dan bisnis, kemudian berintrospeksi dan mencari solusi.
3. Pandai menempatkan diri
Untuk pasangan yang memiliki hubungan pernikahan dan terlibat dalam hubungan bisnis, sebaiknya tidak mencampur kedua hal tersebut. Penting untuk membagi waktu dan peran saat di kantor dan saat di luar kantor. Saat urusan pekerjaan, Anda dan dia harus bisa fokus masalah bisnis, sementara mengenai hubungan personal, sebaiknya tidak terbawa ke dalam urusan profesional. Ingat, bahwa Anda dan dia berada dalam satu tim. Tim pernikahan dan tim di bisnis, bukanlah hal yang sama. Anda dan dia butuh satu sama lain untuk saling mendukung di masa-masa sulit baik di kehidupan pernikahan, juga di pekerjaan.
4. Rasa saling menghormati
Ini adalah hal yang cukup tricky. Rasa saling menghormati adalah hal yang penting untuk sebuah partner bisnis. Ketika dibutuhkan, kita harus bisa berganti peran dari suami-istri ke partner bisnis, dan sebaliknya. Dalam hubungan bisnis, hal ini harus benar-benar bisa dilakukan, karena jika tidak, bisa menjebak pikiran kita. Bisa-bisa Anda malah memandang si dia dalam kapasitas pasangan, saat ada masalah di kantor bukan sebagai partner bisnis, hal ini mesti dihindari. Harus bisa menghormati pasangan sebagaimana adanya dia sebagai “partner” saat urusan bisnis.
5. Kencan romantis
Jika memungkinkan, siapkan waktu-waktu tertentu untuk berkencan dan menyiapkan waktu romantis. Saat ini terjadi, upayakan untuk tidak membicarakan bisnis. Ketika sedang menikmati waktu bukan sebagai partner bisnis, curahkan rasa kagum, rasa cinta, dan rasa hormat Anda sebagai istri kepadanya. Nikmati waktu bersamanya sebaik mungkin. Atau bisa juga dengan menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak.
6. Rapat rutin bisnis
Di kantor, Anda dan dia harus bisa menempatkan diri sebagai partner, dan partner harus memiliki tujuan yang sama. Upayakan untuk melakukan perbincangan serius di kantor. Manfaatkan waktu-waktu di kantor sebagai partner, bicarakan segalanya tentang bisnis secara profesional hingga tuntas, lakukan secara rutin, agar sama-sama saling bisa mencurahkan ide dan keinginan. Lalu temukan jalan tengahnya. Ini penting, agar para karyawan pun tidak merasa bingung harus mengikuti omongan siapa. Gunakan waktu-waktu rapat ini juga untuk saling memberikan feedback positif dan dorongan semangat satu sama lain.
Sumber: aol, Editor: NF, kompas.com