Friday, 16 October 2009

Para Calon Menteri Berburu Dukungan Spiritual

Banyak cara dilakukan oleh para calon menteri agar lolos menjadi menteri definitif. Beberapa di antaranya memperbanyak bacaan doa-doa. Doa para kiai dan dukun juga diburu.

Informasi yang dikumpulkan detikcom menyebutkan, para calon menteri yang namanya diusulkan sudah menemui para kiai dan "orang pintar" guna memastikan posisinya di kabinet. Para calon ini meminta bantuan para kiai untuk berdoa secara massal atau pun mengelar acara khusus seperti khataman qur'an.

"Sekarang para calon itu sudah beralih dari usaha dhohir ke usaha batin. Mereka ada yang membaca wirid tertentu dari sang kiai, atau meminta bantuan santri untuk khataman qur'an dengan doa khusus dapat menjadi menteri," kata salah satu petinggi partai berasaskan Islam kepada detikcom, Jumat (6/10/2009).

Selain cara di atas, ada juga yang mengumpulkan para kiai untuk bermunajat bersama-sama agar sang calon bisa menjadi menteri. Namun semua gerakan ini dilakukan secara tertutup dan tidak terjangkau oleh media.

"Ada juga yang meminta kiai berpengaruh untuk mengundang para kiai di daerahnya guna membacakan doa-doa dan wirid khusus untuk sang calon," paparnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh para kandidat menteri yang memilih "orang pintar" sebagai perantaranya. Hal ini banyak dilakukan oleh kandidat dari parpol yang tidak berbasis Islam.

"Kalau dari calon menteri yang tidak berbasis Islam, selain meminta bantuan para kiai, mereka juga meminta dukungan dari orang-orang pintar," papar sumber detikcom lainnya.

Bahkan, lanjut sumber itu, selain melakukan pendekatan secara spiritual dan menemui "orang pintar", ada juga calon menteri yang melakukan pendekatan khusus melalui jalur keluarga. Pendekatan model ini sudah dikonfirmasi oleh SBY sendiri bahwa ada yang nitip lamaran menteri lewat mertuanya.

Sumber detikcom menceritakan, selain yang disampaikan SBY, juga ada yang melakukan pendekatan kepada ibunda SBY (Ibu Habibah), selain Bu Ani. "Semua itu baru usaha mereka, saya yakin Pak SBY punya pertimbangan sendiri," pungkasnya.

(gah/nrl-detik)