Sesuai dengan namanya, roti gambang memang mirip dengan alat musik tradisional masarakat Betawi, yaitu Gambang. Alat musik Gambang terbuat dari besi atau batangan kuningan yang disusun berjejer sehingga menimbulkan bunyi yang harmoni jika dipukul. Alat musik gambang merupakan salah satu alat musik yang wajib ada dalam kesenian musik Gambang Kromong. Sepintas bentuk dan warna kue gambang memang mirip dengan alat musik ini. Mungkin dari sinilah asal muasal dari nama kue gambang. Sedikit berbeda dengan masyarakat Semarang, mereka menyebut kue ini dengan sebutan Kue Ganjal Rel. Masuk akal, karena bentuk kue memang seperti papan bantalan rel kereta.
Roti gambang atau yang sering disebut dengan kue gambang adalah kue yang berasal dari Pulau Jawa. Khususnya banyak dijumpai di Jakarta (Betawi). Kue warisan dari zaman Belanda ini memiliki rasa yang unik dan khas. Tentu Anda tidak akan menjumpai roti gambang di Belanda, karena adonan roti ini sudah di modifikasi masarakat setempat. Seperti penggunaan ragi/yeast sebagai bahan pengembang yang biasa digunakan sebagai bahan pengembang roti, diganti dengan baking powder. Gula pasir yang zaman dulu susah didapat, membuat nenek moyang kita mengakalinya dengan mengganti gula merah. Sedangkan bumbu spekoek/spekuk/bumbu lapis legit (campuran bubuk cengkih, pala, kayu, manis) diganti dengan bubuk kayu manis saja yang lebih simpel. Modifikasi ini membuat roti kambang memiliki tekstur yang empuk namun tidak selembut roti. Cita rasa yang khas dengan aroma wangi bubuk kayu manis dominan. Rasa manis yang tidak terlalu kuat karena penggunaan gula jawa dan warna kecoklatan dari warna alami gula merah. Aslinya roti gambang memiliki tekstur yang agak keras dan sedikit membal pada bagian tengahnya, sehingga menurut saya lebih cocok di kelopokan dalam kategori cookies atau kue kering. Namun saat ini sebagian bakery memodifikasi adonan kue ini sehingga hasilnya lebih empuk, sesuai selera konsumen yang sedang menggandrungi roti-roti bertekstur empuk. Resep/Dapur Uji/Foto: Budi Sutomo.
Bahan :
400 g g tepung terigu protein sedang (Cap Segitiga Biru)
400 g g tepung terigu protein sedang (Cap Segitiga Biru)
150 g gula merah, iris halus
100 g mentega/margarin
50 g gula pasir
150 ml air
1 butir telur, kocok sebentar menggunakan garpu
1 sdt baking powder
1 sdt soda kue
2 sdt bubuk kayu manis
2 tetes pewarna cokelat
3 sdm biji wijen sangrai
1 sdm susu bubuk
1 sdt garam halus
Cara Membuat:
1. Didihkan air, rebus gula merah dan gula pasir hingga gula larut. Angkat, saring dan dinginkan.
2. Di tempat terpisah, campur tepung terigu dengan gula pasir, susu bubuk, baking powder, soda kue, garam dan bubuk kayu manis. Aduk rata.
3. Masukkan telur, pewarna cokelat, margarin dan rebusan gula merah ke dalam adonan tepung. Aduk dan uleni dengan tangan sebentar hingga terbentuk adonan yang bisa dipulung/dibentuk.
4. Masukkan adonan ke dalam kom adonan. Tutup menggunakan serbet basah dan diamkan selama 30 menit.
5. Potong dan timbang adonan, masing- masing seberat 40 g. Bentuk bulat panjang dan agak dipipihkan. Letakkan adonan yang telah dibentuk di atas loyang beroles margarin.
6. Olesi atasnya dengan air menggunakan kuas kue. Taburi biji wijen yang telah di sangrai.
7. Panggang di dalam oven bertemperatur 170 derajat celcius selama 30 menit atau hingga kue matang, kering dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat, dinginkan.
8. Simpan kue di dalam stoples kedap udara. Sajikan.
Untuk 600 g
Tip: Gunakan mentega agar aroma kue lebih harum. Pilih gula merah berwarna gelap agar warna kue lebih cokelat dan bagus.