Wednesday, 7 December 2011

Bahaya Situs Social Networking

Setelah melemparkan buku-bukunya di sofa, dia mengambil camilan dan mulai online. Dia log-on dengan nama ByAngel213. Dia memeriksa daftar sambungan yang masuk, ada yang bernama GoTo123 juga sedang online. Dia mengirimkan pesan :
ByAngel213:
Hi. Aku senang kamu online! Aku pikir ada seseorang yang mengikutiku pulang dari sekolah hari ini. Itu mengerikan!
GoTo123:
LOL (Laugh Out Loud = Ketawa Ngakak). Kamu kebanyakan nonton TV. Kenapa orang mengikuti kamu? Bukankah kamu tinggal di perumahan yang aman?
ByAngel213:
Tentu saja. LOL (Ketawa Ngakak). Aku rasa itu hanya pikiranku saja, karena aku tidak lihat seorang pun.
GoTo123:
Kecuali kamu menuliskan namamu saat online. Kamu tidak lakukan itu khan?
ByAngel213:
Tentu saja tidak. Aku tidak sebodoh itu, tahu.
GoTo123:
Apa kamu bermain softball sehabis sekolah hari ini?

ByAngel213:
Ya, dan teamku menang !!
GoTo123:
Itu hebat! Team siapa yang kamu mainkan?
ByAngel213:
Kita mainkan team Hornets. LOL (Ketawa Ngakak). Seragamnya keren banget! Mereka seperti lebah. LOL
GoTo123:
Apa nama teammu?
ByAngel213:
Canton Cats (Kucing2 Canton). Ada gambar cakar harimau di seragam kita. Pokoknya keren.
GoTo1 23:
Kamu pelempar bola?
ByAngel213:
Tidak, aku jaga di base kedua. Aku harus pergi. Ada PR yang harus kukerjakan sebelum orang tuaku pulang. Dah!
GoTo123:
Sampai ketemu lagi. Dah
Sementara itu, GoTo123 mulai melacak menu “keanggotaan” dan mulai mencari profil sebenarnya dari ByAngel213. Ketika ditemukan, dia langsung menandai dan mencetaknya. Dia mengambil pena dan mulai menuliskan apa yang telah diketahuinya tentang ByAngel213.
Namanya: Shannon (perempuan)
Lahir: 3 Januari 1985
Umur: 13 tahun
Tempat tinggal: Carolina Utara
Hobi: softball, koor, skating dan pergi ke mall.
Selain informasi ini, dia tahu Shannon tinggal di Canton karena baru saja memberitahu. Dia tahu Shannon sendirian di rumah sampai jam 06:30 sore sampai kedua orang tuanya pulang kerja. Dia tahu Shannon bermain softball tiap hari Kamis sore dalam team sekolah yang bernama Canton Cats. Nomer favoritnya 7, seperti yang tercetak di kaosnya. Dia tahu Shannon kelas delapan (satu SMP) di SMP Canton. Semua informasi itu dia peroleh dari Shannon waktu mereka online. Dia sekarang sudah memperoleh informasi yang cukup untuk bisa menemukan Shannon.
* * * * *
Shannon tidak bercerita pada orang tuanya mengenai kejadian dalam perjalanan pulang dari lapangan taman kemarin. Dia tidak ingin orang tuanya ribut dan melarang dia jalan kaki saat pulang dari bermain softball. Orang tuanya selalu berlebihan dan berpikir yang buruk. Itu membuatnya berharap seandainya dia bukan anak tunggal. Mungkin jika dia punya saudara laki-laki atau perempuan, orang tuanya tidak menjadi over protektif lagi.
Pada hari Kamis, Shannon sudah lupa dengan langkah kaki yang mengikutinya.
Permainan softballnya sangat asyik, sampai tiba-tiba dia merasa ada seseorang yag memperhatikannya. Saat itu ingatannya muncul kembali. Dia melirik dari posisinya berdiri di base kedua, ada seorang laki-laki sedang mengamatinya dengan seksama.
Laki-laki itu bersandar di pagar di belakang base pertama dan dia tersenyum saat melihatnya. Dia tidak terlihat menakutkan dan Shannon langsung membuang perasaan ketakutan yang dirasakan.
Setelah permainan selesai, Shannon duduk di bangku sambil berbicara dengan pelatih. Dia memperhatikan laki-laki itu tersenyum lagi saat dia melewatinya. Dia mengangguk dan Shannon membalas tersenyum. Laki-laki itu melihat nama Shannon tercetak di belakang kaosnya seragamnya. Dia tahu sudah menemukan semua identitas Shannon.
Diam-diam, dia berjalan menjauh dalam jarak yang aman. Rumah Shannon hanya beberapa blok dari lapangan itu, dan begitu dia melihat tempat tinggalnya, laki-laki itu segera kembali ke tempat parkir dan mengambil mobilnya.
Sekarang dia menunggu. Dia memutuskan untuk makan sedikit sebelum pergi ke rumah Shannon. Dia mengendarai mobil ke sebuah restoran cepat saji dan duduk di sana menunggu waktu untuk bergerak..
* * * * *
Shannon sedang berada di kamarnya saat dia mendengar suara panggilan dari ruang tamu.
“Shannon, cepat kemari,” panggil ayahnya. Suaranya kedengaran marah tapi dia tidak tahu mengapa. Dia berjalan menuju ruang tamu dan melihat laki-laki yang yang ditemui di taman sedang duduk di sofa.
“Duduk,” ayahnya memulai pembicaraan, “Bapak ini baru saja bercerita banyak hal yang menarik tentang kamu.”
Shannon terhenyak ke belakang. Bagaimana mungkin laki-laki itu bisa bercerita segala macam pada orang tuanya? Dia tidak pernah bertemu dengannya sebelum hari ini !
“Kamu tahu saya siapa, Shannon?” laki-laki itu bertanya.
“Tidak,” jawab Shannon
“Saya adalah perwira polisi dan teman online-mu, GoTo123.”
Shannon terkejut luar biasa, “Itu tidak mungkin! GoTo123 adalah anak seumuranku. Umurnya 14 tahun. Dan dia tinggal di Michigan!”
Laki-laki itu tersenyum, “Saya memang sudah menceritakan semuanya, tapi itu tidak benar. Kamu lihat Shannon, ada orang-orang di online yang berpura-pura menjadi seorang anak; dan saya salah satunya. Tapi saat yang lain melakukan itu untuk menyakiti dan berbuat jahat pada anak-anak, saya termasuk kelompok dari orang tua yang melakukannya untuk melindungi anak-anak dari orang jahat. Saya datang kemari untuk bertemu denganmu dan mengajarimu bahayanya berkomunikasi dengan orang yang tidak kamu kenal secara online. Kamu telah menceritakan semua hal yang cukup untuk saya pakai untuk menemukan kamu. Kamu menyebutkan nama sekolahmu, nama team softballmu dan posisi dimana kamu bermain. Bahkan kamu menyebutkan nomer kaos seragammu yang membuat saya menemukanmu dengan mudah.”
Sekali lagi Shannin tertegun, “Bukankan anda tinggal di Michigan?”
Laki-laki itu tertawa. “Tidak, saya tinggal di Releigh, dekat sini. Itu saya buat supaya kamu merasa aman karena berpikir bahwa saya tinggal di tempat yang jauh, bukan?”
Shannon mengangguk.
“Saya punya seorang teman yang memiliki anak perempuan seperti kamu. Hanya dia tidak beruntung. Laki-laki yang menemukannya membunuhnya saat dia sendirian di rumah. Anak-anak diajarkan untuk tidak mengatakan pada siapa pun bahwa mereka sedang sendirian di rumah, dimana sepanjang waktu itu mereka gunakan untuk online. Orang jahat akan menjebak kalian untuk memberikan informasi sedikit tentang ini dan tentang itu saat online. Sebelum kamu mengetahuinya, kamu telah mengatakan banyak hal sehingga mereka mudah menemukanmu bahkan sebelum kamu menyadari telah melakukannya. Saya harap kamu belajar dari kejadian ini dan tidak mengulanginya lagi. Beritahu teman-temanmu juga supaya mereka bisa aman.”
“Saya berjanji!”
Malam itu Shannon, ayah dan ibunya mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena sudah melindungi Shannon dari kejadian yang bisa menjadi peristiwa tragis.
****sekarang*****
Kirimkan pesan ini bahkan pada orang-orang yang belum punya anak supaya mereka bisa mengirimkannya ke teman-temannya yang memiliki anak, saudara perempuan atau cucu.
[from email]