Friday, 29 January 2010

Indonesia Surga Bagi Perokok

Indonesia adalah surga bagi para perokok. Bagaimana tidak, dengan bea cukai yang rendah ditambah sifat pemalu masyarakatnya untuk menegur para perokok, Indonesia menjadi kawasan merokok yang paling strategis.

Tak heran jika kini Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk jumlah perokok terbanyak di dunia setelah India dan China.

Hal itu disampaikan oleh Prof Dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP dalam acara seminar Year of the Lung 2010 di gedung asma Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta (21/1/2010).

Menurut Prof Faisal yang juga ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kasus penyakit yang berhubungan dengan paru-paru di Indonesia semakin meningkat dan susah dikendalikan.

"Kita adalah juara ke-3 untuk perokok terbanyak di dunia, tapi kita tidak pernah melakukan sesuatu untuk mengatasi keadaan tersebut, apakah itu obat baru atau terobosan baru. Kenapa? Karena jarang sekali ada penelitian di sini. Alasan utamanya tentu saja karena keterbatasan biaya, padahal Indonesia adalah gudangnya penyakit paru," tutur Faisal.

Menurutnya, paru-paru adalah salah satu dari 5 organ vital manusia, yakni otak, jantung, hati dan ginjal, yang jika salah satunya tidak dimiliki maka seseorang tidak bisa hidup. Menurut survei WHO tahun 2005, penyakit pernafasan (TB, asma, emfisema, penyakit paru obstruksi kronik, kanker paru) menjadi penyebab masalah kesehatan dan kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. Setiap menitnya tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun rokok.

Dan akar masalah paling utamanya adalah rokok. Rokok masih jadi penyebab nomor satu selain polusi dan faktor usia. Jumlah perokok semakin banyak saja karena Indonesia bagaikan surga bagi para perokok.

"Coba saja lihat di metro mini, seorang perokok tenang-tenang saja merokok walaupun ada 10 orang yang tidak suka asap rokoknya. Padahal kelompok yang besar harusnya bisa menang melawan satu orang perokok saja. Orang Indonesia kadang malu menegur dan itu membuat perokok tidak punya rasa bersalah," kata Prof Faisal.

Rendahnya antusias pemerintah dalam menangani masalah rokok diakui Faisal juga masih sangat rendah. "Kita pernah minta pemerintah untuk pasang gambar paru-paru yang sudah rusak pada kemasan rokok, tapi pemerintah belum mau dengan alasan masih butuh cukai tembakau. Biaya kesehatan di Indonesia juga masih ditanggung masing-masing, tidak seperti negara lain yang ditanggung pemerintahnya. Coba kalau pemerintah yang bayar, pasti larangan merokok gencar agar pemerintahnya tidak rugi," jelas Faisal.

Rokok juga diketahui sebagai penyebab utama kanker paru, dan asal tahu saja, penyakit kanker paru tidak bisa disembuhkan.

"Kalau sudah kena kanker paru, harapan hidupnya sangat tipis. Yang bisa dilakukan adalah memperlambat kematian, tapi kurang dari 5 persen yang bisa hidup sampai 5 tahun," kata Faisal.

(fah/ir-detik)