Sebagai platform anyar yang digadang-gadang bakal booming, Android tak pelak menjadi target baru para penjahat cyber. Toko online yang menjajakan aplikasi pendukung Android bahkan sudah disusupi software jahat (malware).
Menurut data yang dimiliki Information Week, Google telah mendepak sekitar 1% aplikasi yang ada di Android market pada tahun lalu. Memang aplikasi yang disingkirkan tersebut sebagian besarnya berbau mesum, sehingga dikeluhkan pengguna atau melanggar hak cipta.
Namun dua aplikasi di antaranya merupakan aplikasi berbahaya yang bisa menyusup ke informasi keuangan pengguna. Berbahaya bukan?
Nah, ancaman inilah yang ditakutkan bakal semakin menjadi-jadi. Terlebih saat ini bisa dibilang sebagai momentum melonjaknya pasar Android lantaran sudah begitu banyak pengembang aplikasi mobile yang membuat software yang berjalan di atas platform milik Google ini.
Google pun didesak untuk lebih waspada atas peredaran aplikasi-aplikasi Android di pasaran. Jika tidak, hal ini justru akan menimbulkan ketidakpercayaan dari pengguna atas jajaran aplikasi Android.
Kekhawatiran pengguna bukan tanpa alasan. Bahkan, dikutip dari Wired, Sabtu (16/1/2010), Google dinilai tidak menjalankan pengawasan dan sistem monitoring seketat Apple denggan AppStore-nya.
"Kapanpun Anda punya AppStore, Anda pasti akan menghadapi tantangan dari orang-orang yang memasukkan konten yang tidak sesuai aturan. Itu adalah bagian dari bisnis," ujar Patrick Mork, Vice President Marketing GetJar, sebuah toko aplikasi yang menyediakan 60 ribu koleksi aplikasi ponsel.
( ash / rou-detik)
Menurut data yang dimiliki Information Week, Google telah mendepak sekitar 1% aplikasi yang ada di Android market pada tahun lalu. Memang aplikasi yang disingkirkan tersebut sebagian besarnya berbau mesum, sehingga dikeluhkan pengguna atau melanggar hak cipta.
Namun dua aplikasi di antaranya merupakan aplikasi berbahaya yang bisa menyusup ke informasi keuangan pengguna. Berbahaya bukan?
Nah, ancaman inilah yang ditakutkan bakal semakin menjadi-jadi. Terlebih saat ini bisa dibilang sebagai momentum melonjaknya pasar Android lantaran sudah begitu banyak pengembang aplikasi mobile yang membuat software yang berjalan di atas platform milik Google ini.
Google pun didesak untuk lebih waspada atas peredaran aplikasi-aplikasi Android di pasaran. Jika tidak, hal ini justru akan menimbulkan ketidakpercayaan dari pengguna atas jajaran aplikasi Android.
Kekhawatiran pengguna bukan tanpa alasan. Bahkan, dikutip dari Wired, Sabtu (16/1/2010), Google dinilai tidak menjalankan pengawasan dan sistem monitoring seketat Apple denggan AppStore-nya.
"Kapanpun Anda punya AppStore, Anda pasti akan menghadapi tantangan dari orang-orang yang memasukkan konten yang tidak sesuai aturan. Itu adalah bagian dari bisnis," ujar Patrick Mork, Vice President Marketing GetJar, sebuah toko aplikasi yang menyediakan 60 ribu koleksi aplikasi ponsel.
( ash / rou-detik)