Banyak laki-laki yang berusaha menemukan G-spot pasangannya untuk memberikan kenikmatan yang luar biasa. Namun sepertinya usaha tersebut akan menjadi sia-sia setelah baru-baru ini para ilmuwan membantah adanya G-spot.
Pada tahun 1950 ginekolog asal Jerman, Ernst Grafenberg mengklaim keberadaan area tersensitif pada perempuan tersebut. G-spot kemudian dipopulerkan kembali oleh seorang seksolog pada tahun 1981, Professor Beverly Whipple. Profesor Whipple mengatakan bahwa ia berhasil menemukan G-spot lewat penelitiannya terhadap 400 perempuan
Kini bagaikan sebuah antiklimaks, G-spot dinilai sebagai area khayalan oleh para ilmuwan modern. Menurut mereka, area itu tidak ada.
Kabar yang cukup mencengangkan ini berawal dari sebuah penelitian yang dilansir Dailymail, Selasa (5/1/2010) terhadap 1.804 perempuan kembar baik identik ataupun tidak yang berusia antara 23 tahun hingga 83 tahun. Para ilmuwan mengatakan bahwa jika G-spot itu benar-benar ada, maka perempuan yang kembar identik dengan gen yang sama seharusnya akan mempunyai G-spot yang sama.
Tetapi kenyataannya berbeda. Penelitian yang dilakukan King's College London
ini mengatakan bahwa salah satu perempuan yang kembar identik mengaku
memiliki G-spot, sedangkan kembarannya mengaku tidak.
Dari seluruh 1.804 perempuan subyek penelitian, 56 persennya mengaku memiliki G-spot. Namun sebagian besar dari mereka adalah perempuan muda dan sangat aktif secara seksual.
Penelitian ini belum tentu mutlak. Seorang ginekolog di Inggris, Gedis Grudzinskas, mengungkapkan bahwa ada perbedaan pendekatan antara satu penelitian dengan yang lain. Dan penelitian yang terbaru ini memakai pendekatan anatomi.
(kee/kee-detik)
Pada tahun 1950 ginekolog asal Jerman, Ernst Grafenberg mengklaim keberadaan area tersensitif pada perempuan tersebut. G-spot kemudian dipopulerkan kembali oleh seorang seksolog pada tahun 1981, Professor Beverly Whipple. Profesor Whipple mengatakan bahwa ia berhasil menemukan G-spot lewat penelitiannya terhadap 400 perempuan
Kini bagaikan sebuah antiklimaks, G-spot dinilai sebagai area khayalan oleh para ilmuwan modern. Menurut mereka, area itu tidak ada.
Kabar yang cukup mencengangkan ini berawal dari sebuah penelitian yang dilansir Dailymail, Selasa (5/1/2010) terhadap 1.804 perempuan kembar baik identik ataupun tidak yang berusia antara 23 tahun hingga 83 tahun. Para ilmuwan mengatakan bahwa jika G-spot itu benar-benar ada, maka perempuan yang kembar identik dengan gen yang sama seharusnya akan mempunyai G-spot yang sama.
Tetapi kenyataannya berbeda. Penelitian yang dilakukan King's College London
ini mengatakan bahwa salah satu perempuan yang kembar identik mengaku
memiliki G-spot, sedangkan kembarannya mengaku tidak.
Dari seluruh 1.804 perempuan subyek penelitian, 56 persennya mengaku memiliki G-spot. Namun sebagian besar dari mereka adalah perempuan muda dan sangat aktif secara seksual.
Penelitian ini belum tentu mutlak. Seorang ginekolog di Inggris, Gedis Grudzinskas, mengungkapkan bahwa ada perbedaan pendekatan antara satu penelitian dengan yang lain. Dan penelitian yang terbaru ini memakai pendekatan anatomi.
(kee/kee-detik)